Selasa, 02 Februari 2016

Antara Impian, Cita-cita, dan Tujuan Hidup


Hello sahabat, My second moodbooster. Sebelumnya, I thank to all people of Diskusi Terbuka karna dari pembahasan kalian membuat saya ingin mengembangkannya menjadi sebuah tulisan. Saya berterima kasih juga kepada kalian karna sudah menyempatkan beberapa menit untuk membaca tulisan kecilku. Walaupun tulisanku ini belum bisa bersanding dengan tulisan Arman Dhani, Jostein Gaarder, Tan Malaka, ataupun Pramoedya Anata Toer, but thank you so much guys, it means a lot for me.
Guys, kerap kali kita mendengar pertanyaan klise tentang ‘Apa tujuan hidupmu ?’ ‘Apakah impianmu ?’ ‘Mau jadi apa engkau kelak, nak ?’. Dalam banyak kasus, setiap orang pasti memiliki agenda masing-masing mengenai hal tersebut. Impian, Cita-Cita, dan Tujuan Hidup tentu saja kita pernah merangkainya dalam pikiran. Ya! setiap orang pernah bermimpi. Setiap insan manusia pasti memiliki cita-cita. Setiap individu pasti memiliki tujuan hidup. Tapi terkadang kita menjadi salah kaprah dalam membedakannya ketiganya. Untuk itu disini saya akan mencoba menjelaskan perbedaan antara Impian, Cita-Cita, dan Tujuan Hidup.
  • Impian
Berbicara mengenai Impian, kita pasti pernah menginginkan suatu hal yang membuat kita ingin memilikinya. Misalnya, kalian mengingingkan sebuah sepatu cantik namun saat itu uang kalian tak mencukupi, kalian pasti akan berusaha untuk mendapatkannya, entah itu dengan menyisipakan uang ataupun dengan bekerja keras. Impian adalah sesuatu yang menjadi ambisi besar kehidupan kita, dimana semua hal, materi, mental, hingga fisik kita kerahkan untuk meraihnya. Impian berjangka waktu relatif---tergantung besar usaha kalian. Impian juga cenderung berkaitan dengan benda. Dalam meraih impian, kita membutuhkan penyokongnya yaitu materi, mental, dan fisik.
  • Cita-Cita
          Saat saya duduk di bangku taman kanak-kanak, guru saya pernah mengajukan sebuah pertanyaan klise kepada saya, ia berkata ”Mau jadi apa engkau kelak, nak ?” dan detik itu juga dengan sebuah kalimat polos yang terlontar dibibir kecil saya ”Saya ingin jadi Polwan, bu”. Cita-cita saya sewaktu kecil ingin menjadi seorang Polwan. Entah dengan alasan dasar apa saya memilih profesi Polwan menjadi cita-cita saya. Mungkin karena seorang Polwan begitu ditakuti oleh kami­­---sekelompok anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
            Dari ilustrasi diatas, saya menyimpulkan bahwa cita-cita adalah  gambaran sketsa diri kita di masa yang akan datang. Cita-cita tujuannya lebih mengarah dan spesifik saat ”masa hidup saja”. Namun cita-cita dapat berubah-ubah seiring perjalanan hidup seorang. Cita-cita cenderung berjangka waktu panjang/pendek tergantung proses dalam menggapainya. Cita-cita erat kaitannya dengan profesi/posisi dan hanya mengangkut diri sendiri.
  • Tujuan Hidup
Dalam perspektif saya, tujuan hidup lebih mengacu terhadap hal yang bersifat religius. Tujuan hidup layaknya sebuah sketsa hidup absurd yang akan terus mengalami proses alamiah semasa hidup kita, yang dimana berujung “ kesiapan rohani dan jasmani” sebelum datangnya kematian. Tujuan hidup berjangka panjang, tidak bergantung masalah material atau abstrak saja. Tujuan hidup juga tidak menyangkut diri sendiri tetapi juga menyangkut orang lain. Pada dasarnya, kita mungkin telah mempunyai tujuan hidup. Hanya saja mungkin kita terlalu buta untuk melihatnya. Kita terlalu malas untuk merasakannya. Jadi, ketika kita ditanya ‘apakah tujuan hidupmu ?’. Kita kadang tak  dapat menjawabnya karna kadang ego kita menginginkan kita untuk menciptakan sebuah tujuan hidup yang “WAH” yang dapat memberikan tepukan tangan ketika kita melontarkannya. Toh kalau ditanya balik, saya tentu akan menjawab tujuan hidupku adalah “Bahagia dan dapat membawa kebahagian dan manfaat untuk orang lain, karna kita hidup tidak hanya sendiri.”
Dari tulisan saya diatas, saya berharap kalian dapat membedakan antara impian, cita-cita, dan tujuan hidup. Semoga mulai saat ini kalian tak lagi menutup mata terhadap tujuan hidup kalian karna tujuan hidup tak akan mengantarkanmu kedalam sebuah kegelapan – Lastriss (2/2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar